Sabtu, 17 September 2011

selimut, dingin, pussy, dan meong

Akan aku mulai dg selimut.
Berwarna hijau yang sehari-hari menemani sprei kasurku yg minggu ini juga berwarna hijau. Aku dan selimut saling mengikat erat,tak mau dipisahkan,meski mataku terpejam,atau terjaga. Aku bersembunyi dan merasa aman dibaliknya. Melarikan diri dari kebimbangan, gulana, rakus, tamak, dan benci. Menghindar dari dingin,kecam,takut dan ancaman. Dibalik selimut, dg sedikit bersusah,harus telaten menarikan jempol2ku diatas layar hp demi melahirkan notes ini ke dunia maya. Selimut setia, menemaniku saat seharian hpku ngambek tdak 'wawoh' sama sekali dg sinyal,,membuatku merasa tersingkir dr hruk pikuk dunia luar dan akhrnya ku putuskan untk membangun meditasi eksklusifku dibalik selimut ini. 





Lalu dingin,
yang selama 2 malam ini tidak pernah absen melingkupi setiap sudut kota mjokerto. Bahkan dia tanpa sungkan menerobos ke dlam kmarku, membuatku semakin lekat dengan selimut, tak mau dipisahkan. Hawa dingin di 2 malam terakhir, tak ku temukan disisi mana kubisa menikmatinya. Bahkan menurutku,hawa dingn ini justru menebar pesona hitamnya,(mungkin spt ini atmosfer 'dingin' yg dirasakan harry potter dan penghuni penjara azkaban typ kali mereka berhadapan dg dementor). Hawa dingin yg jahat ini, membuat acara 'little reuni' bersama beberapa kawan gila SMAku malam kemarin terasa sedikit kurang sempurna, dan secangkir nescafeku pun enggan menahan hangatnya sedikit lama. Yang paling sialan, dingin ini mempengaruhi situasi hatiku, jadi beku dan tak ingin disentuh.



Bagaimana dg pussy?
Dia seekor ibu kucing rumah tangga, penghuni ruang tengah keluargaku. Bulunya belang2 hitam putih,namun warna putih lebih bnyak mendominasi. Dia ibu kucing yg pendiam, tidak bnyak tingkah dan rewel seperlunya saja,sayangnya dia belum terlatih buang air ditempat yg benar,meskipun hampir setiap pg aq menasehatinxa untk blajar pipis dan pub di tmpat yg tlh keluargaku sdiakan untk keperluanx it. Singgasananya adalah sofa di ruang tengah. Tak terhitung berapa bnyak waktu yg telah ia hbiskan untk bersantai diatas sofa it, entah hanya untk mlepas penat, menghlangkan lapar atau bhkan bermesraan tiap jam mkan siang dg suami terkasihnya,meong.
Pussy bkan seekor kucing biasa, lebh dari it, dy adalah guru besarku. Ku amati, dia adalah istri yang sholikhah. Setiap kali ku beri mkan, dia tak mau makan dluan, entah karena dia kurang peka atau bgaimana, tp dia selalu makan setelah si meong mkan duluan, dia makan bekas si meong. Dan selalu, si meong menyisakan sebgian untk pussy, tidak pernah tidak. Perilaku itu, memberi makna dalam untkku, bahkan seekor kucing pun juga punya tatakrama halus dan cinta kasih yg tulus.
Hari ini kutemui pert pussy membuncit,sepertinya dy tngah mengandung. Dan ketika jam mkan mlam dtang, trnyta si meong menyisakan lebih bnyak bgian untk si pussy. Sembari duduk gagah diatas singgasananya, dia mengawasi pussy dg tatapan penuh cinta.memastikan bhwa istrinya mkan dg lahap dan gizinya terckupi.


Meong,
seekor suami penuh warna. Pelindung yang sempurna. Penuh kejutan, bgtu manis dan romantis.
Bulunya htam legam dg secercah warna putih dilehernya.
Kehadirannya bersama pussy diruang tengah rumahku, menguatkan aroma cinta dilingkaran kehangatan keluargaku.
Romantismenya brsma pussy tlah sukses membuat sirik 2 pasangan pengantin muda di keluargaku. 2 kakakku yg pengantin baru it,sering dibuat tengsin oleh kemesraan pussy dan meong. Sepertinya ini sepele, tp nyatanya sejoli kucing ini telah menyulut api kehangatan berpasangan di tengah keluarga kami.


Baiklah pussy, dinginx 2 malam ini terlalu menusuk kulitmu tajam, dan aku tak keberatan kau tidur bersmaku, diblik slimut hjauku yg hangat. Smentara biarkan meong tidur diatas sofa ruang tengah, menjaga tempat yg tlah keluargaku daulat sbg singgasanamu bersama meong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar